Rabu, 21 November 2012

pewarnaan bakteri

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti (prokariota). Bakteri memiliki beragam variasi bentuk,seperti coccus, basil, dan spiral, serta dapat hidup soliter maupun berkoloni.Habitat bakteri sangat bervariasi, dari air, tanah, udara, hingga dalam tubuhhewan, (Betsy dan Keogh. 2005). Bakteri umumnya tidak memiliki pigmensehingga tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontrasdengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukanpewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop (Harleydan Presscot, 2002). Pewarnaan dikelompokkan menjadi pewarnaan langsungdengan pewarnaan basa, pewarnaan tak langsung atau pewarnaan negatif danpewarnaan gram (Dwidjoseputro, 2003). Pewarnaan basa adalah pewarnaanyang langsung mewarnai bakteri. Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yangtidak langsung mewarnai bakteri, melainkan mewarnai latar belakang preparatbakteri tersebut. Pewarnaan ini dilakukan dengan menggunakan pewarna yangbersifat asam seperti nigrosin atau tinta cina (Harley dan Presscot, 2002).Pewarnaan gram merupakan pewarnaan umum dalam bidang bakteriologi.Dengan pewarnaan ini, kelompok bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakterigram positif dan bakteri gram negatif (Ramona dkk, 2007). Hasil akhir daripewarnaan gram adalah bakteri gram positif akan berwarna ungu/biru,sementara bakteri gram negatif akan berwarna merah (Harley dan Presscot,2002).

B.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui morfologi sel bakteri yang digunakan saatpraktikum.
2.      Untuk mengetahui cara membedakan bakteri gram positif dan gram negatif melalui pewarnaan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan garam atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang mengembangkan tehnik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri klebsiella pneumoniae.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarnaan penimbang (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Banyak spesies bakteri gram negatif yang bersifat patogen,yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat potogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau Endotoksin).
Tujuan pewarnaan yaitu :
·         Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupu fungi.
·         Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
·         Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
·         Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang di berikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat di ketahui.

Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.  Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
a.    Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.
b.    Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
2.  Pewarnaan Diferensial (Gram)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
a.  Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.
b.  Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat
Bakteri garam (+)
Bakteri gram negatif(-)
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah (1-4%)
Kandungan lipid tinggi
Ketahanan terhadap penisilin
Lebih sensitif
Lebih tahan
Penghambatan oleh pewarna basa (VK)
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebutuhan nutrisi
Kebanyakan spesies relatif kompleks
Relatif sederhana
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
Lebih tahan
Kurang tahan
(Manurung, 2010).
Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010).
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru (Hadioetomo, 1993).
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir (Karuniawati, 2005).
4.  Pewarnaan Khusus
Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb. Contoh pewarnaan khusus :Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (Aditya, 2010)
a.  Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap.
b.  Pewarnaan spora
Dinding spora relatif tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara memanaskan preparat.
c.  Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
d.  Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA (Rudi, 2010).



BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a.    Bahan
·         Bakteri Salmonella sp.
·         Bakteri Staphylococcus aureus
·         Kristal violet atau metilen blue
·         Alkohol
·         Safranin
·         Larutan iodium
b.    Alat
Gambar alat
Nama alat
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR9rM-XSXiqlINzZ8LefSltGRobHKAVzt12BSfOuCM0XpoBI6f9AA
Mikroskop
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRX6AvisdyWnoa4iwXx_bOpFKiu7OhnMszLlItVIVKs6f5psJCoFQ
Ose
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSZ63cFZziXLNYVnZ1TNZzh2MzZpKSDE_PGU5ZZjXaBNKjKrBo8
Pipet
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSlprCnhi-SgUl_Adc5s3dj5_P3DnGibWAP7hPRiKQSeeEi-kig
bunsen

c.    Prosedur kerja
a.    Pengecatan sederhana
1.    Teteskan ose suspense yang mengandung bakteri diatas gelas obyek yang bersih
2.    Suspense ini diratakan sampai tipis, dengan diameter 1 cm
3.    Kemudian kering anginkan hingga noda yang kering , lakukan fiksasi dengan cara melewatkan gelas obyek pada nyala api berkali-kali
4.    Tetsilah kristal violet atau biru metilen. Biarkan selama 1-2 menit, lalu cucilah dengan air yang mengalir
5.    Kemudian kering anginkan
6.    Amati preparat dengan mikroskop pembesaran kuat (dengan minyak immersi) sel-sel (bakteri akan berwarna biru sedang sporanya berwarna merah).

b.    Pengecatan gram
1.    Ambillah 1 ose suspense, keringkan diudara, dan fiksasi diatas nyala api
2.    Tetesilah egnan kristal violet, biarkan 1-2 menit. Cucilah dengan air mengalir kemudian keringkan diudara
3.    Tetesilah dengan larutan iodium, biarkan 1-2 menit. Cucilah dengan air mengalir kemudian keringkan diudara
4.    Cucilah dengan alkohol (dengan cara meneteskan alkohol pada permukaan noda bakteri) sampai air cucian tidak berwarna. Cucilah dengan air mengalir kemudian keringkan diudara
5.    Tetesilah dengan safranin, biarkan selama 20 detik, cucilah dengan air mengalir lalu keringkan diudara. Tutup permukaan preparat dengan gelas penutup
6.    Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak ibbersi)



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Gambar pengamatan
Keterangan
http://htmlimg1.scribdassets.com/poqo2vvgg1j65ip/images/3-656ff94e99.jpg
Salmonella
http://htmlimg4.scribdassets.com/poqo2vvgg1j65ip/images/4-087adf22b3.jpg
Staphylococcus
Pewarnaan sederhana



BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum ini memiliki tujuan agar praktikan terampil dalam melakukan pewarnaan gram untuk bakteri gram positif dan negatif, mempelajari teknik pewarnaan gram untuk pengamatan mikroba, mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri dari hasil pengamatan dengan pewarnaan gram, sera membedakan kelompok bakteri berdasarkan reaksinya terhadap warna dan sekaligus menunjukkan sifat bakteri tersebut.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna (Manurung, 2010).
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Manurung, 2010).
Langkah-langkah utama dalam teknik pewarnaan antara lain:
a.  Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis.
b.  Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun, formalin, fenol.
c.  Aplikasi zat warna tunggal, atau lebih dari 1 zat warna. Pewarnaan gram pada praktikum ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu:
a.  Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
b.  Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
c.  Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
d.  Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Keempat tahap tersebut dijelaskan langsung dalam langkah percobaan di bawah ini.
Langkah selanjutnya, 1 tetes kristal violet diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 30 detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 30 detik bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.
Langkah percobaan yang dilakukan oleh praktikan dimulai dengan 1 tetes sampel yang berupa bakteri sampel A dan bakteri sampel B diteteskan di atas gelas benda yang berbeda. Kedua gelas benda berisi sampel tersebut dipanaskan (fiksasi) di atas bunsen burner. Hal ini bertujuan untuk menguapkan air sehingga hanya akan didapat bakteri saja. Proses fiksasi juga bertujuan supaya bakteri benar-benar melekat pada gelas benda sehingga olesan bakteri berupa tetesan sampel tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.
Langkah selanjutnya, 1 tetes iodine diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Iodine merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian iodine pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Iodine yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 30 detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.
Reaksi yang terjadi ketika penambahan alkohol 96%
gram + : lipid << + alkohol 96%  pori dinding sel yang terbentuk kecil, protein dinding sel terdehidrasi, pori tertutup (kompleks kristal violet-iodine tidak tercuci)
gram - : lipid >> + alkohol 96%        pori dinding sel yang terbentuk besar, protein dinding sel terdehidrasi, pori tidak tertutup (kompleks kristal violet-iodine tercuci)
Alkohol 96% yang diteteskan di atas gelas benda didiamkan selama 30 detik kemudia dibilas dengan aquades dengan tujuan agar warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa di dalam gelas benda.
Setelah pembilasan reagen alkohol 96% pada gelas benda sebelumnya, selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat (efisiensi waktu).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap gelas benda dengan menggunakan aquades. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari aquades dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4 -, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel (Rudi, 2010).
Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah. Dalam praktikum ini digunakan salah satu pewarnanya yaitu safranin yang sesuai teori bersifat basa sehingga lebih mudah bersenyawa atau bereaksi dengan bagian-bagian inti sel bakteri.
Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Rudi, 2010).
Pengamatan bentuk dan ukuran sel bakteri akan tampak jelas jika dilakukan pewarnaan terhadap sel. Kebanyakan sel-sel bakteri tidak berwarna, sehingga jika di lihat di bawah mikroskop tidak memperlihatkan warna kontras. Demikian pula bagian-bagian tertentu misalnya spora, flagella, kapsul atau dinding sel hanya dapat diamati jika dilakukan pengecatan atau pewarnaan khusus. Dengan pewarnaan ini, bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal violet, karbolmetil violet) dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan yodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pewarnaan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu.
Langkah-langkah utama dalam mempersiapkan spesimen mikroba yang diwarnai untuk pemeriksaan mikroskopik ialah :
1.    Penempatan olesan atau lapisan tipis spesimen pada kaca objek.
2.    Fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan mikroorganisme itu melekat pada kaca objek.
3.    Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (pewarnaan diferensial).
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negatif.
Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarna yang bermuatan positif, misalnya metilen biru, hasil pewarnaan akan nampak jelas.
Secara kimia, zat warna dapat digolongkan kedalam senyawa basa dan senyawa asam. Jika warna terletak pada muatan positif, maka senyawa tersebut dinamakan zat warna basa. Sebaliknya jika warna terdapat pada ion bermuatan negatif, maka senyawa tersebut dinamakan zat warna asam.
Contoh zat warna basa misalnya : metilen biru, safranin, merah netral dan sebagainya, dengan anionnya adalah Cl-, SO2-4, CH3OO-, COOHOO-, dsb. Sedangkan zat warna asam misalnya : Na-eosinat kationnya adalah Na+, K+, Ca2+, NH3. Disamping zat warna asam dan zat warna basa, juga didapatkan zat warna indeferen seperti sudan III, dimetil-amid-azo-benzol, dan zat warna netral seperti eusin-metilen biru.
Salah satu sifat dari zat warna untuk menggunakan pewarnaan mikroba ialah bahwa zat warna asam pada umumnya mempunyai sifat bersenyawa lebih cepat dengan bagian-bagin sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.
Faktor – faktor  penentu keberhasilan dalam pewarnaan mikroba ialah :
·         Fiksasi
Fiksasi dilakukan sebelum zat warna digunakan, bertujuan untuk :
v  Melekatkan sel pada gelas objek.
v  Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai daripada sel dalam keadaan hidup.
v  Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif-NH3 yang akan bereaksi dengan gugus OH- dari zat warna.
v  Mencegah terjadinya otolitis sel, yaitu proses pecahnya sel yang disebabkan oleh enzim yang ada didalamnya.
v  Merubah daya ikat zat warna.
Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan secara dingin, sedangkan yang paling umum dilakukan secara kimia dengan penambahan sabun, formalin, fenol, dan sebagainya.
·         Pelunturan warna
Pelunturan warna bermaksud untuk menghilangkan warna sel yang telah diwarnai. Senyawa ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba sehingga dengan jelas dapat dilihat dibawah mikroskop misalnya.
Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula dilunturkan, sedangkan sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit pula untuk dilunturkan. Sifat cepat dan lambatnya cara pelunturan inilah yang diperbedakan untuk membedakan kelompok mikroba setelah diberi pewarnaan.
Dari segi ketahanan sel terhadap senyawa kimia, dibidang mikrobiologi dikeSnal ada tahan asam, tahan alkohol, tahan air dan sebagainya. Ketahanan terhadap suatu zat kimia inipun dipergunakan untuk membedakan kelompok mikroba.



BAB VI
JAWAB PERTANYAAN
1.    Buat tabel yan berisi berisi urutan pewarna gram serta reaksi yang terjadi dan warna yang terbentuk
Zat warna dan urutan pewarnaan
Reaksi bakteri
Gram positif
Gram negatif
Kristal violet / carbol gentian violet
Sel berwarna ungu
Sel berwarna ungu
Lugol
Komplek KV-L terbentuk dalam sel, sel tetap berwarna ungu
Komplek KV-L terbentuk dalam sel, sel tetap berwarna ungu
Alkohol 70/96%
Dinding sel dehidrasi, pori-pori mengecil, daya serap dinding sel dan membran KV-L tidak keluar sehingga sel tetap berwarna ungu
Lipid terekstraksi dari dinding sel, pori-pori mengembang, komplek KV-L keluar dari sel sehingga sel tidak berwarna
Safranin
Sel tidak berpengaruh sehingga sel tetap berwarna ungu
Sel menyerap zat pewarna sehingga berwarna merah

2.    Buatkan gambar sel bakteri (dan sporanya) dan beri keterangan (warna, bentuk dan ciri-ciri lain)
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak,tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. (Boyd, 1980), berbentuk kokusdan tersusun seperti buah anggur (Todar, 2002) sebagaimana terlihat padagambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada mediapertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcusmemiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnyamengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya.Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asamteikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin. (Boyd, 1980).
Salmonella berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapimempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2- 4 mikrometer x 0,5- 0,8 mikrometer dan bergerak. Padabiakan agar koloninya besar, bergaris tengah 2- 3 milimeter, bulat, agak cembung, jernih, lucin, dan tidak menyebabkan hemolisis (Gupte, 1990)
3.    Berdasarkan ciri-cirinya, klasifikasikan jenis bakteri yang saudara amati
Staphylococcus:
1.    Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5-1,5 𝜇m.
2.    Sel-selnya bersifat gram positif, dan tidak aktif melakukan gerakan (non motile)
3.    Bersifat patogen dan menyebabkan lesi lokal yang oportunistik
4.    Bersifat anaerob fakultatif
5.    Menghasilkan katalase
6.    Sebagian besar adalah saprofit yang hidup dialam bebas, namun habitat alamiahnyaadalah pada permukaan epitel golongan primate / mamalia
7.    Bersifat β-hemolitik
8.    Toleran garam (halodurik)
9.    Meiliki protein A pada permukaannnya yang mengikat Fclg (menghambat fagositosis)
10.  Menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin.
Salmonella:
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidakberspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella
sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawet’z,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa,membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanyamemporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninyabesar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth,pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF),konsistensinya smooth (WHO, 2003) Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalamwaktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu.



11.   
BAB VII
KESIMPULAN
Percobaan kali ini didapatkan kesimpulan sebgai berikut:
1.    Bakteri dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaantersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan merah, sedangkan yang positif berwarna ungu.
2.    Salmonella sp dari isolate ikan mentah termasuk bakteri gram negative,karena hasil pengamtan secara mikroskopis berwarna merah. 
3.    Sel-sel bakteri secara khas berbentuk kokus, basil, dan spiral. Kokus adalahbakteri yang serupa bola- bola kecil. Kokus yang bergandeng dua disebut diplokokus, yang mengelompok berempat disebut tetrakokus. Basil adalah bakteri panjang berbentuk batang, yang bergandengan panjang disebut streptobasil dan yang bergandeng dua disebut diplobasil. Spiral adalah baktreri yang bengkok yang menyerupai spiral




DAFTAR PUSTAKA



1 komentar: