BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Tempe
adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap
biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa
jenis kapang Rhizopus,
sepertiRhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga
membentuk padatan kompak berwarna putih. Beberapa fermentasi tersebut secara
umum dikenal sebagai ragi tempe. Banyak sekali jamur yang aktif selama
fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan
jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Jamur Rhizopus
oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe.
Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan protease. Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH
3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin
meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang
sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan
bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur,
jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur. Pada tempe terdapat
jamur Rhizopus oryzae yang mengalami fermentasi. Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik(sedikit oksigen).
B. Tujuan
Mempelajari cara pembuatan tempe dan
laru tempe
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Fermentasi
Fermentasi
bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti
bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan
memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab
penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan
hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat,
khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe (Muchtadi;
1989).
Fermentasi
biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau
dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat
keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi
sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom
digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno, dkk;
1984).
B. Mikroorganisme pada Fermentasi
Jenis kapang
digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan pangan
khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis
kapang yang banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan
tersebut adalahAspergillus, Rhizopus dan Penicillium (Setiadi;
2002).
Tempe adalah
sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari
kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : kedelai kering
dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit
dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30
menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan sporaRhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang
dangkal dan diinkubasikan pada suhu 300C selama 20 - 24 jam. Dalam
waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang
tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya adalah tempe
dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng dengan minyak
nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat
juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap (Wirakartakusumah,
dkk; 1992).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam pembuatantempeadalah sebagai berikut:
1.
Oksigen
Oksigen
dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas
yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan
kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong
tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang
lainnya sekitar 2 cm.
2.
Uap air
Uap
air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
3.
Suhu
Kapangtempedapat
digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik
pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu
ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
4.
Keaktifan Laru
Laru
yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena
itu pada pembuatan tape sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama
disimpan agar dalam pembuatantempetidak mengalami kegagalan.
Untuk membuat tempedibutuhkan
inokulum atau laru tempeatau ragi tempe. Laru tempedapat dijumpai dalam
berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru dan
dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan
cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk.
Bahan yang akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung
terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian.
Berdasarkan atas tingkat kemurniannya,
inokulum atau larutempedapat dibedakan atas: inokulum murni tunggal, inokulum
campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun perbedaannya adalah pada jenis
dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam laru tersebut.
Mikroba yang sering dijumpai pada
laru tempeadalah kapang jenis Rhizopus oligosporus, atau kapang
dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella.
Selain bakteri Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan
pula dalam proses fermentasi tempe diantaranya adalah:
Bacillus sp.,Lactobacillus sp., Pediococcus sp., Streptococcus sp.,
dan beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp
padatempe merupakan kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan.
Pada tempeyang berbeda aslnya sering
dijumpai adanya kapang yang berbeda pula (Dwidjoseputro dan Wolf, 1970). Jenis
kapang yang terdapat pada tempeMalangadalah R. oryzae., R.
oligosporus., R. arrhizus dan Mucor rouxii.
Kapang tempe dari daerah Surakarta adalah R. oryzaei dan R.
stolonifersedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya kapang Mucor
javanicus.,Trichosporon pullulans., A. niger dan Fusarium sp.
Masing-masing varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi
biokimianya, hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dari enzim yang
dihasilkan. Pektinase hanya disintesa oleh R. arrhizus dan R.
stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R.
oligosporus dan R. oryzae tetapi tidak disintesa
oleh R. arrhizus.
Selama proses fermentasi, kedelai
akan mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya. Protein kedelai dengan
adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi asan-asam amino,
sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Dengan adanya
peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan.
Nilai pH untuktempeyang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah
difermentasi menjaditempeakan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi
karbohidrat dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang
lebih mudah larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu dari kedelai juga akan
hilang.
Kadar air kedelai pada saat sebelum
fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama proses fermentasi akan
terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi, kadar air
kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam
fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang
terjadi selama fermentasi tempeadalah berkurangnya kandungan oligosakarida
penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam.
Selama fermentasi, asam amino bebas
juga akan mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah
terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al., 1967). Kandungan serat
kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali vitamin B1 atau
yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan Aoyagi).
BAB
III
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
a. Bahan
·
Kedelai 100 gram
·
Ragi tempe
·
Plastik
·
Daun pisang
b. Alat
Gambar alat
|
Nama alat
|
|
Ose
|
|
Mikroskop
|
|
Neraca
|
c. Prosedur
kerja
1.
Kedelai
dicuci bersih kemudian direbus selama 30 menit
2.
Kedelai
dan air rebusannua didiamkan selama semalam kemudian dikupas kulitnya dan
dicuci sampai bersih
3.
Lakukan
rebusan selama 40 menit, setelah itu ditiriskan
4.
Kedelai
diinokulasi dengan laru tempe (sebanyak 1 gram untuk 1kg kedelai) diaduk sampai
rata
5.
Dibungkus
dengan daun pisang atau plastik yang telah dilubangi dan diinokulsi selama 1-2
hari pada suhu kamar
6.
Amati
kapang yang terbentuk dalam fermentasi tempe (secara makroskopis dan
mikroskopis)
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
a.
Rombongan 1 ( tempe di bungkus daun pisang)
Kelompok
|
% Ragi
|
Makrospokis
|
Mikroskopis
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
|||
A
& B
|
1
|
Tempe
|
Lunak
|
Aroma
tempe
|
|
C
& D
|
3
|
Tempe
|
Lunak
Kurang
menyatu
|
Aroma kedelai
|
|
E
& F
|
5
|
Tempe
|
Menyatu
Lunak
|
Aroma
tempe
|
|
G
|
7
|
Tempe
|
Keras
Kurang
menyatu
|
Berbau
tempe
|
|
b.
Rombongan 2 ( tempe di bungkus plastik)
Kelompok
|
% Ragi
|
Makrospokis
|
Mikroskopis
|
||
Rasa
|
Tekstur
|
Aroma
|
|||
H
& I
|
1
|
Tempe
|
Lunak
|
Aroma
tempe
|
|
J & K
|
3
|
Tempe
|
Padat
Menyatu
|
Aroma kedelai
|
|
L
& M
|
5
|
Tempe
|
Menyatu
Lunak
|
Aroma
tempe
|
|
N
|
7
|
Tempe
|
Keras
Kurang
menyatu
|
Berbau
tempe
|
|
c.
BAB
V
PEMBAHASAN
Tempe
adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang
roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum
dikenal sebagai "ragi tempe.
Kapang
yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akanserat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi.
Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti: antibiotika untuk menyembuhkan infeksi danantioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara
umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur
yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe
memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu,
tempe terasa agak masam.
Manfaat
tempe :
-
Mengandung serat tinggi.
-
Mudah dicerna oleh semua kelompok
umur, dari bayi sampai usia lanjut.
-
Pengolahan kedelai menjadi tempe
menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yang memicu timbulnya gejala
flatulensi.
-
Mengandung delapan macam asam amino
esensial dan asam lemak tidak jenuh.
-
Sumber antioksidan yang mengandung
isoflavon aglikon sebagai pencegah kanker.
-
Sumber antibiotik, zat antibakteri
yang memperkecil peluang infeksi.
-
Hipokolesterolemik, menurunkan lipid
atau lemak dalam darah.
-
Sumber vitamin B.
-
Mengandung vitamin B12. Vitamin
tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani tapi tidak dijumpai pada makanan
nabati, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai (Agus Krisno.blog.wordpress.com)
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang
menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama
fermentasi, tetapi umumnyaRhizopus sp yang paling
dominan. Selama proses fermentasi, ampas tahu akan mengalami perubahan baik
fisik maupun kimianya.
Selama proses fermentasi, terjadi peningkatan nitrogen
terlarut yang mempengaruhi peningkatan pH pula. Nilai pH untuk tempe yang baik
berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Ampas tahu yang telah difermentasi menjadi
tempe akan lebih mudah dicerna. Hasil dari tempe ampas tahu atau tempe gembus
pada percobaan kami terlihat baik dan bersih. Ini disebabkan tempe tersebut
diproses secara steril.
Tahapan Proses Pembuatan Tempe
Biji kedelai harus bersih,
bebas dari campuran batu kerikil, atau bijian lain, tidak rusak dan bentuknya
seragam. Kulit biji kedelai harus dihilangkan untuk memudahkan pertumbuhan
jamur. Penghilangan kulit biji dapat dilakukan secara kering atau basah. Cara
kering lebih efisien, yaitu dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 104o C selama 10 menit atau dengan pengeringan sinar matahari selama
1-2 jam. Selanjutnya penghilangan kulit dilakukan dengan alat “Burr Mill”. Biji
kedelai tanpa kulit dalam keadaan kering dapat disimpan lama.
Penghilangan biji secara basah
dapat dilakukan setelah biji mengalami hidrasi yaitu setelah perebusan atau
perendaman. Biji yang telah mengalami hidrasi lebih mudah dipisahkan dari
bagian kulitnya, tetapi dengan cara basah tidak dapat disimpan lama
Selama proses perendaman, biji
mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua
kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65 %. Proses perendaman memberi
kesempatan pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan
pH dalam biji menjadi sekitar 4,5 – 5,3. Penurunan biji kedelai tidak
menghambat pertumbuhan jamur tempe, tetapi dapat menghambat pertumbuhan
bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk. Proses fermentasi selama
perendaman yang dilakukan bakteri mempunyai arti penting ditinjau dari aspek gizi, apabila asam yang dibentuk dari gula stakhijosa
dan rafinosa. Keuntungan lain dari kondisi asam dalam biji adalah menghambat
penaikan pH sampai di atas 7,0 karena adanya aktivitas proteolitik jamur dapat
membebaskan amonia sehingga dapat meningkatkan pH dalam biji. Pada pH di atas 7,0 dapat menyebabkan penghambatan
pertumbuhan atau kematian jamur tempe. Hessseltine, et.al (1963), mendapatkan bahwa dalam biji kedelaiterdapat komponen yang
stabil terhadap pemanasan dan larut dalam air bersifat
menghambat pertumbuhan Rhizopus oligosporus, dan juga dapat menghambat aktivitas enzim proteolitik dari jamur
tersebut. Penemuan ini menunjukkan bahwa perendaman dan pencucian sangat
penting untuk menghilangkan komponen tersebut.
Proses hidrasi terjadi selama perendaman
dan perebusan biji. Makin tinggi suhu yang dipergunakan makin cepat proses
hidrasinya, tetapi bila perendaman dilakukan pada suhu tinggi menyebabkan
penghambatan pertumbuhan bakteri sehingga tidak terbentuk asam.
Proses pemanasan atau perebusan
biji setelah perendaman bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan,
mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu membebaskan senyawa-senyawa
dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Penirisan
dan Penggilingan
Tahapan ini bertujuan untuk
mengurangi kandungan air dalam biji, mengeringkan permukaan biji dan menurunkan
suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan
dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menstimulasi
pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan, sehingga menyebabkan pembusukan.
Inokulasi pada pembuatan tempe
dapat dilakukan dengan mempergunakan beberapa bentuk inokulan (Hidayat, dkk. 2006) yaitu :
1. Usar, dibuat dari daun waru (Hibiscus tiliaceus) atau jati (Tectona grandis)
merupakan media pembawa spora jamur. Usar ini banyak dipergunakan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
2. Tempe yang telah dikeringkan secara penyinaran matahari atau
kering beku.
3. Sisa spora dan miselia dari wadah atau kemasan tempe.
4. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dibuat bulat seperti
ragi roti.
5. Spora Rhizopus oligiosporus yang dicampurkan dengan air.
6. Isolat Rhizopus oligosporus dari agar miring untuk pembuatan tempe skala laboratorium.
7. Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dicampurkan dengan
jamur tempe yang ditumbuhkan pada medium dan dikeringkan.
Kemasan yang dipergunakan untuk
fermentasi tempe secara tradisional yaitu daun pisang, jati, waru atau bambu,
selanjutnya dikembangkan penggunaan kemasan plastik yang diberi lubang. Secara
laboratorium kemasan yang dipergunakan adalah nampan stainless stell dengan
berbagai ukuran yang dilengkapi dengan lubang-lubang kecil.
Inkubasi dilakukan pada suhu 25o-37o C selama 36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang
menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat
yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen
dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur (Hidayat, dkk. 2006).
Proses fermentasi tempe dapat
dibedakan atas tiga fase yaitu :
a. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan
jumlah asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat
dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin lebat,
sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak.
b. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal
fermentasi tempe dan siap untuk dipasarkan. Pada
fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang dibebaskan dan
pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik tempe
optimal, dan tekstur lebih kompak.
c. Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi)
terjadi penaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur
menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi
perubahan flavor karena degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia.
Dalam pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2 yang akan menghambat beberapa organisme perusak. Adanya spora dan
hifa juga akan menghambat pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga
menghasilkan antibiotikayang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia.
BAB
VI
KESIMPULAN
Pembuatan tempe memanfaatkan jamur Rhizopus orizae
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan tempe
ampas tahu antara lain suhu, banyaknya ragi yang diberikan, semakin banyk ragi
yang diberikan maka tempe akan cepat jadi, namun akan
lebih cepat busuk, kandungan air waktu diperas harus benar-benar
berkurang sampai kering, serta kesterilan alat dan bahan
DAFTAR
PUSTAKA
http://moeluzie.blogspot.com/2012/06/laporan-fermentasi-pembuatan-tempe.html
http://neogalih.blogspot.com/2011/04/laporan-bioteknologi-pembuatan-tempe.html
http://ulfika-fuady.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-membuat-tempe.html
http://sababjalal.wordpress.com/2011/11/03/contoh-makalah-cara-pembuatan-tempe/
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar